Kementerian Koperasi dan UKM akan membentuk gugus tugas dari Kementerian Koperasi dan UKM, Yayasan FORTASBI Indonesia, SPKS, dan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), untuk menyiapkan tiga proyek percontohan pabrik minyak sawit merah atau minyak makan merah di tiga lokasi, yakni Kalimantan Tengah, Riau, dan Jambi.
Menurut Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, pembangunan proyek percontohan ini bertujuan untuk memperbaiki pasokan minyak goreng dalam negeri, dan agar harga sawit di tingkat petani ikut membaik.
“Salah satu yang dipesankan Pak
Presiden supaya mereka juga bisa membangun pabrik minyak sawit merah untuk
suplai kebutuhan dalam negeri. Nah tadi kita sudah bahas kita sepakati, ini
memang sudah lama Kementerian Koperasi sebelum covid, salah satu program
korporatisasi petani itu salah satunya yang mau kita garap itu petani sawit
supaya kesejahteraan mereka menjadi lebih baik karena tadi kan isunya
kelembagaan", ungkap Teten setelah agenda pertemuan dengan perwakilan petani
sawit swadaya, Yayasan FORTASBI Indonesia, dan SPKS, di Kantor Kemenkop-UKM,
Jakarta, pada Selasa, 24 Mei 2022.
Saat ini, sekitar 42% dari dari 16
juta hektar total luas lahan kelapa sawit di Indonesia dikelola oleh petani swadaya,
dan memproduksi 35% dari total volume Crude Palm Oil (CPO).
Sementara itu menurut Kepala Sekolah
Petani FORTASBI, Rukaiyah Rafik, langkah ini menjadi kabar baik bagi petani
sawit swadaya di Indonesia, karena selama ini petani menghadapi ketidakstabilan
harga Tandan Buah Segar (TBS).
Terlebih saat keluarnya kebijakan
larangan ekspor CPO, petani yang sangat bergantung pada pabrik malah mengalami
penurunan harga TBS yang drastis, "menjadi hal yang baik bagi petani dan
berharap bahwa mereka bisa memulai untuk melihat, mereka tidak hanya lagi
memproduksi TBS saja, tapi koperasinya bisa berdagang minyak, dan tentu ini
sangat memungkinkan, bisa menjaga minyak goreng dalam negeri."
Group Manager KUD Tani Subur, Sutiyana
yang mengurus pembangunan pabrik di Kalimantan Tengah, menyatakan kesiapannya dalam
proyek percontohan tersebut. Ia juga berharap bisa menjadi kelompok tani
pertama di Indonesia yang mengelola pabrik CPO, "dalam hal pasokan bahan
baku sudah sangat siap karena sudah 7.300 hektar yang ada di sana, sangat siap
untuk (produksi) 30 ton per jam. Kemudian kami sudah menentukan lokasi
pendirian dari pabrik itu jadi Insya Allah harapan kami menjadi yang pertama di
Indonesia petani punya pabrik kelapa sawit."
Teten menyebut, minyak sawit memiliki
warna kuning kemerah-merahan, namun berdasarkan standar pengolahan minyak
goreng, saat ini minyak berwarna putih karena terpengaruh standar minyak di
Eropa, padahal Malaysia sudah memproduksi minyak sawit merah yang diekspor ke
Cina.
Minyak makan merah ini juga digunakan
untuk memenuhi kebutuhan kekurangan vitamin A sehingga lebih sehat, dan memiliki
biaya produksi lebih rendah.
Ia pun memastikan tidak akan mengubah standar industri yang ada, melainkan ingin ada standar baru, “kita tidak mau mengubah standar Industri yang besar, kita ingin ada standar baru jadi minyak yang diolah oleh petani ini yang diproduksi koperasi petani sawit ini cukup minyak yang merah itu. Petani sawit ingin menjadi bagian dari rantai pasok minyak goreng di dalam negeri, jadi bukan mau bersaing, dan di sisi lain juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani sawit sehingga penjualan TBS tidak lagi bergantung pada industri besar", pungkas Teten.
Pembangunan pabrik minyak CPO merupakan salah satu inisiatif yang digagas petani sawit swadaya.
Proyek percontohan ini pun menjadi langkah tindak lanjut pasca-pertemuan
petani sawit swadaya dengan Presiden Joko Widodo pada Maret 2022 lalu. Semangat
untuk mendirikan pabrik dilakukan tak lain untuk membuat petani bisa lebih
berdaya dan sejahtera.
Tulis Komentar