FORTASBI
adalah Forum tempat bernaungnya 34 Kelompok Petani dari berbagai propinsi di Indonesia, yakni
dari Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumsel, Kalimatan Tengah, Kalimantan Barat
dan Kalimantan Timur. Hingga Mei 2021, jumlah petani yang tergabung dalam 34
Kelompok tersebut mencapai 9.136 petani dengan luas lahan 19.403 Ha. Dari total
lahan tersebut, sekitar 15.351 Ha bersertifikat RSPO dan ada yang kombinasi
dengan sertifikat ISPO dan ISCC.
Selain
nilai perlindungan lingkungan, Pengarus Utamaan Gender adalah salah satu nilai
penting yang diusung dalam standar minyak sawit berkelanjutan dalam skema RSPO
dan ISPO. Sebagi bentuk komitmen tersebut, 34 Kelompok yang tergabung dalam
FORTASBI memberikan aksi nyata dengan mendorong partisipasi perempuan dalam
pengurus ICS. Dalam catatan FORTASBI, dari 34 Kelompok teridentifikasi 433 pengurus,
dari jumlah tersebut terdapat 92 pengurus dari perempuan.
Jika
melihat jumlahnya, maka jumlah keterlibatan perempuan masih sangat minim. Namun
ini bukan soal jumlah tapi soal posisi penting mereka dalam kelembagaan. Jika
sebelumnya mayoritas perempuan masih berada di bagian Keuangan dan
Administrasi, namun kini beberapa perempuan telah menempati posisi penting
seperti unit Audit Internal dalam ICS, Unit Persetujuan, unit penerimaan
anggota dan Unit K3. Untuk Unit Audi Internal dalam ICS, ini adalah Unit
krusial dalam ICS, dimana keberadaan Unit Audit Internal adalah penentu bagi
berhasilnya ICS masuk dalam sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan. Selain Unit
Audit Internal, Unit Penerimaan anggota juga Unit penting dalam ICS, dimana
Unit ini menjadi pintu masuk bagi anggota baru yang memiliki komitmen
sertifikasi.
Dari
sekian anggota, ada 1 Kelompok yakni APKSM di Pangkalan Bun, yang telah
meletakkan Komisi Gender dalam ICS mereka. Dan ini adalah model yang menarik
dimana APKSM sudah menjadikan Gender sebagai program penting, disamping
sertifikasi RSPO.
“Kami
ingin agar komisi Gender dalam APKSM ini dapat menjadi pendorong keterlibatan
dan partisipasi perempuan, tidak hanya di APKSM tapi juga disemua aspek dalam
masyarakat. APKSM melakukan pelatihan bagi anak-anak petani dan mayoritas
adalah perempuan, dengan harapan mereka nanti dapat berkiprah dan terlibat
aktif dalam komunitas mereka.” YB Zainanto, Ketua APKSM.
Selain APKSM, juga ada Asosiasi Swadaya Amanah di Riau yang tidak hanya melibatkan perempuan dalam kelembagaan Asosiasi, tapi juga mendorong keterlibatan perempuan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
“Kami
memiliki 14 orang perempuan yang bertugas sebagai Unit Semprot di Kebun kami, mereka
mendapatkan upah yang layak. Mereka berkerja sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan oleh Asosasi dengan tetap memperhatikan tanggung jawab perempuan
dirumah tangga. Melibatkan perempuan dalam pengelolaan kebun yang
berkerlanjutan dalam kelompok kami, agar perempuan dapat menjadi penentu
produktifitas kebun.” H. Narno, Ketua Asosiasi Amanah.
Perempuan
adalah kunci, dalam keluarga dan kehidupan social. Untuk itu keterlibatan dan
partisipasi perempuan dalam berbagai aspek adalah keniscayaan. Namun tetap
harus memperhatikan hak perempuan. Artinya keterlibatan mereka dalam berbagai
aspek social kemasyarakatan tidaklah membuat mereka merasa haknya sebagai
perempuan dirampas.
Tulis Komentar