Oleh : Rukaiyah Rafik
Akhirnya, setelah menempuh perjalanan sekitar 3 Jam menggunakan kendaraan roda empat dari Kota Jambi, rombongan kami yang terdiri dari tim FONAP, Yayasan Setara Jambi, CAPPA dan FORTASBI, tiba di Pondok Pesantren sederhana yang dikelilingi pohon sawit. Dari kejauhan dan dari sela-sela batang sawit, terlihat anak-anak berjejer rapi didepan ruang kelas mereka, ternyata mereka telah menunggu kedatangan kami. Senyum manis anak-anak dan guru-guru di pesantren ini seketika menghangatkan suasana sore itu yang agak mendung.
Kunjungan
kami kesini adalah untuk melihat dan mengetahui lebih dalam mengenai demplot
penggunaan pupuk organic menggunakan Tandan Kosong (Tankos) yang dikembangkan
oleh Asosiasi Petani Berkah Mandah Lestari (APBML) yang didukung oleh FONAP. Pak Imron
adalah salah satu anggota APBML dan kebunnya yang menjadi demplot adalah telah
bersertifikat RSPO bersama dengan APBML.
Dalam
diskusi tersebut yang paling menarik bagi kami adalah cemilan Jamur crispy
goreng tepung yang disuguhkan menemani kopi sore kami.
“Serius?
Ini adalah Jamur yang tumbuh dari Tankos yang diaplikasikan di kebun tadi?”
tanya saya terkesima. Karena rasanya itu, enak banget, dan gurih. “bisa dibawa
pulang kan mbak?” tanya saya pada seorang guru yang sibuk menuangkan teh dan
kopi pada kami semua. Mulut saya tidak berhenti mengunyah, mungkin karena lapar
atau enak. Dia tersenyum dan lansung berdiri mengambil piring yang berisi penuh
Jamur Crispy dan menyodorkan pada saya, sambil tersebut dia berbisik “ Ini bu,
bawa pulang aja, disini masih banyak kok”.
Sambil menikmati Jamur Crispy dan kopi hangat, saya menyimak diskusi yang dipandu pak Imron. Pak Imron bisa dikatakan sebagai salah satu petani dan juga Guru yang memiliki inovasi luar biasa, disela-sela kesibukannya sebagai pimpinan pondok pesantren yang sederhana, beliau masih bisa menyediakan waktu untuk mengembangkan “Bengkel” Regenerative Agriculture di kebunnya. Menurut pak Imron, pengembangan ini adalah untuk memberikan contoh bagi petani lainnya diwilayahnya dalam melakukan pertanian yang ramah lingkungan. Selain itu juga, dikarenakan banyaknya anak-anak yang berinteraksi lansung dengan kebun pak Imron, karena posisi bangunan pesantren ini ditengah-tengah kebun sawit, maka pak Imron mencari cara agar kebun sawit tidak berdampak pada kesehatan anak didiknya dan juga Kesehatan orang tua santri yang datang berkunjung ke pondok pesantren ini.
Produktifitas TBS yang naik
Aplikasi
Tankos ini baru dikembangkan diatas lahan 2 ha, dengan jumlah tanaman kelapa
sawit 190 batang. Normalnya, jumlah batang sawit untuk 2 ha lahan adalah 270
batang, tapi karena di kebun pak Imron ada bangunan pondok pesantren, sehingga
beberapa batang sawit ditebang untuk kepentingan bangunan.
Sejak
pak Imron mengaplikasikan Tankos tahun lalu, produktifitas TBS naik, dari yang
semula hanya sekitar 1,5 ton/2 ha/bulan, kini produksi TBS mencapai 4,8 ton/2
ha/bulan. Selain pendapatan naik dari TBS, pak Imorn juga mendapati tanah di
kebunnya menjadi sangat lembab dan tinggi micro organisme. “Sebelum saya pake
Tankos, tanah disini berpasir dan kurang sehat. Sejak saya gunakan Tankos,
tanahnya jadi lebih sehat, dan lembab dan suasana juga menjadi lebih sejuk dari
sebelumnya.”
Untuk
aplikasi pupuk menggunakan Tankos, pak Imron mengeluarkan dana sekitar Rp 10.800.000/tahun/ha.
Aplikasi Tankos ini dilakukan oleh pak Imron sebanyak 2 kali dalam 1 tahun, dengan
rincian Pembelian Tankos sebanyak 30 ton dengan harga Rp 100.000/ton. Selain
biaya pembelian Tankos, pak Imron juga mengeluarkan biaya angkut dan biaya penyebaran
Tankos di lahan sebesar Rp 85.000/ton.
Jika
dilihat, bahwa biaya penggunaan pupuk menggunakan Tankos ini ini lebih murah
dibandingkan dengan biaya menggunakan pupuk kimia yang mencapai Rp
17.295.000/ha/tahun.
Tabur Tankos, Tuai Cuan
Selain murah, dari aplikasi Tankos Pak Imron juga mendapatkan pendapatan tambahan berupa Jamur Tankos yang bisa dijual dengan harga Rp 15.000/Kg. Perhari pak Imron bisa panen 15kg jamur/hari, dan panen jamur bisa dilakukan selama 60 ketika Tankos baru diaplikasikan ke kebun. Dalam 1 tahun pak Imron bisa panen selama 60 hari, maka pendapatan pak Imron dari Tankos mencapai Rp 13.500.000/6bulan dan Rp 17.000.000/tahun.
Perbandingan
Biaya dan Pendapatan Pupuk Organik dan Pupuk Kimia
Deskripsi |
Pupuk Tankos/ha/Tahun |
Pupuk Kimia/Tahun |
Biaya Aplikasi |
Rp. 10.800.000 |
Rp. 17.295.000 |
Pendapatan TBS/Ha |
Bibit Dura TBS 3,3 ton/ha/bulan x Rp 2.000 = Rp 6.600.000/bulan atau Rp
79.000.000/tahun |
Bibit Tenera TBS 4 ton/ha/bulan x Rp 2000 = Rp. 8.000.000 atau Rp
96.000.000/tahun |
Pendapatan lain |
Jamur Tankos Rp. 13.500.000
|
- |
Total Pendapatan dikurangi dengan biaya pupuk/tahun |
Rp. 81.900.000 |
Rp. 78.705.000 |
Terlihat
bahwa menggunakan pupuk Tankos memberikan tambahan pendapatan bagi petani, dan
dari pendapatan tersebut, dapat menutupi biaya aplikasi pupuk Tankos.
Pendapatan
dari TBS diatas adalah menggunakan bibit Dura dan Tenera, bayangkan jika kebun
sawit pak Imron adalah berasal dari bibit unggul (Tenera) mungkin produksinya
akan lebih baik lagi.
“Wah..
ini harus jadi model bagi petani lainnya, apalagi Tankos tidak hanya
meningkatkan kualitas kesuburan tanah, tapi juga memberikan tambahan cuan bagi
petani. Budidaya Jamur juga bisa mendorong peran perempuan untuk produksi
cemilan berbahan dasar Jamur Tankos.” Fikiran saya melayang-layang sepanjang
perjalanan pulang ke Jambi, mencari ide, dan inovasi dimasa depan, sementara
mulut tak henti mengunyah cemilan Jamur crispy enak itu.
Oleh : Rukaiyah Rafik
Tulis Komentar